Selasa, 08 Mei 2012

MAZMUR 2:1-12



Mazmur 2:1-12

Nyanyian dari Mazmur 2:1-12 ini mungkin dinyanyikan pada hari pemahkotaan raja.  Hal ini didukung oleh ayat 1-3.  biasanya apabila ada pergantian takhta raja-raja taklukkan mengadakan permufakatan untuk memberontak.  Namun mungkin pula pada hari ulang tahun pemahkotaan tersebut.  Hal ini diisyaratkanoleh ayat 7 yang rupanya menunjuk kepada apa yang telah terjadi.
            Lasor mencatat tidak pasti apakah Mazmur 2 digunakan pada kebaktian pengurapan, atau  peringatan ulang tahun naiknya raja atas tahta, atau kedunya.  Menurutnya, mazmur ini menyoroti peranan raja dalam ibadat Israel, harapan dan hak yang dibebankan pada anak-anak Daud berdasarkan perjanjian Allah.[1]
            Bentuk nyanyian kitab Mazmur 2:1-12 ini terdiri dari empat bait dan setiap bait terdiri dari tiga ayat; ayat 1-3 lukisan (keheranan raja) tentang pemufakatan bangsa-bagsa melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya; ayat 4-6, pernyataan tentang reaksi Tuhan atas permufakatan tersebut, ayat 7-9, pernyataan raja tentang kekuasaan yang diberikan Tuhan kepadanya, ayat 10-12, peringatan raja kepada pemimpin dunia untuk bertindak bijaksana.
            Nyanyian ini termasuk 'jenis' mazmur raja'.  Marie C. Barth dan B.A. Pareira mencatat bahwa pasal-pasal yang termasuk dalam mazmur raja tidak memiliki pola dan ciri-ciri.  Karena ditinjau dari sudut isinya, latar belakang konkritnya cukup berbeda, mereka dikelompokkan dalam suatu jenis hanya karena kesatuan temanya, yakni karena berbicara tentang raja.[2] 
            Puisi terdiri dari baris-baris.  Setiap ayat puisi Ibrani pada umumnya terdiri dari dua baris atau bikolase, tetapi kadang-kadang juga tiga baris atau trikolase.  Puisi Ibrani mengenal dua macam irama, yakni irama tekanan suku kata dan irama arti.  Hal  yang lebih penting dalam usaha mengerti mazmur ialah mengenal irama artinya.  Yang dimaksud dengan irama arti ialah kesejajaran atau perimbangan gagasan atau pikiran antar baris.  Istilah yang lebih terkenal ialah paralelisme atau paralelisme membrorum.
            Paralelisme ini tampak dalam empat macam bentuk.  Paralelisme yang sinonim (searti), artinya gagasan dalam baris pertama (disebut pula kolon a) diperdalam dalam baris kedua (disebut pula kolon b) dengan kata-kata lain.  Paralelisme yang sinonim terdapat dalam Mazmur 2:3,
“Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka,
dan membuang tali-tali mereka.”

            Paralelisme yang antitesis, artinya baris kedua menegaskan gagasan dari baris pertama dari sudut yang berlawanan.  Dalam Mazmur 2 tidak terdapat paralelisme yang antitesis.
            Paralelisme yang sintetis, artinya baris kedua melanjutkan atau melengkapi gagasan dalam baris pertama.  Paralelisme yang sintetis terdapat dalam Mazmur 2:6,
Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion,
gunung-Ku yang kudus.
           
            Paralelisme perbandingan, artinya baris yang satu memperjelas gagasan dalam baris yang lain melalui suatu perbandingan.  Dalam Mazmur 2 tidak terdapat paralelisme perbandingan.
            Perikop dalam Mazmur 2:1-12 tidak terdapat imagery simile tetapi  banyak mengandung kalimat metafora yaitu kalimat perbandingan secara tidak langsung. 
            Ayat 4 terdapat kalimat,”Dia, yang bersemayam di surga tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka.”  Secara literal Tuhan tidak 'tertawa' dan 'mengolok-olok' namun pemazmur menggambarkan bahwa Tuhan sedang tertawa dan mengolok-olok mereka yang bermufakat melawan Tuhan dan yang diurapinya sebagai bentuk pembelaan kepada yang diurapi-Nya.  Jadi, sebenarnya Tuhan tidak tertawa dan mengolok-olok.
            Ayat 8 terdapat kalimat,”Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.”  Pusaka secara harafiah adalah senjata namun disini dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan diberikan sebagai milik pusaka artinya bangsa-bangsa akan diberikan sebagai jajahan dan dijadikan sebagai milik kepunyaan.  Demikian pula tidak ada ujung bumi.  Arti yang sebenarnya adalah bahwa kekuasaan raja yang diurapi akan sangat luas dan sangat berkuasa.

Tafsiran Mazmur 2:1-12
1.  Pemberontakan Bangsa-bangsa (ayat 1-3)

            Nyanyian ini dibuka dengan suatu pertanyaan keheranan sang raja melihat kegaduhan bangsa-bangsa tetangga yang berada di bawah taklukannya.  Raja-raja atau para pemukanya bangkit berkumpul dan mengadakan permufakatan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan sebagai orang taklukan.  Raja heran melihat permufakatan pemberontakan ini karena hal itu adalah sia-sia.  Sebab perbuatan ini tidak lain daripada melawan Tuhan dan yang diurapiNya.
            Kata 'bangkit' digunakan wb’C.y:t.yI (yìºtyaccübû), set yang artinya mengambil satu tindakan.  Kata wb’C.y:t.y berasal dari akar kata bc;y" yatsab {yaw-tsab'} yang mendapat awalan  t.y  dan akhiran w.  Hal ini menunjukkan bahwa kata ini merupakan  kata kerja imperfek orang ketiga maskulin jamak yang menyakantakan suatu tindakan, proses atau kondisi yang belum selesai dilakukan, bukan hanya itu, imperfek menjelaskan tentang tindakan yang akan diselesaikan tetapi juga yang belum dimulai.[3]  Mungkin ini adalah 'future' dari titik pandang saat ini.  Bentuk hithpael pada dasarnya mengekspreskan tindakan refleksif, yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh subjek kepada dirinya sendiri.
            Jadi, maksud dari kata ini adalah suatu tindakan yang sudah atau akan dilakukan oleh bangsa-bangsa, yaitu melawan yang diurapi-Nya, namun hal ini belum selesai dikerjakan.
            Guthrie mengatakan bahwa setiap pemberontakan melawa Allah dianggap tidak ada dasarnya.  Kekuatan kolektif bangsa-bangsa da suku-suku bangsa hanya akan merupakan persekongkolan yang sia-sia.[4] 
            Bart mencatat “Raja ialah yang yang diurapi Tuhan, tidak dapat dijamah . . . (1 Sam. 26:9).”[5]  Sedangkan Pfeifer mencatat “tidak masuk akal orang-orang yang berusaha memberontak terhadap ketetapan yang mahakuasa.  Pemberontakan mereka terhadap umat Allah dan rajanya dianggap sebagai serangan terhadap Allah sendiri.”[6]

2.  Jawaban Allah (ayat 4-6)

            Karena pemufakatan raja-raja dunia melawan “yang diurapi”, hal ini memicu pembelaan Allah turun atas umatNya.  “dia...tertawa...maka berkatalah ia”, ini merupakan sebuah antropomorfisme yang gamblang yang melukiskan perbedaan yang tajam di antara para raja kecil yang ketakutan dengan pemimpin tertinggi yang mengolok-olok mereka.  Kata tertawa qx'_f.yI dari akar kata qx;f' yang mendapat awalan yI berpola verb qal participle masculine singular.
            Partisipel adalah kata sifat yang berasal dari kata kerja, menggambarkan partisipasi dalam tindakan yang dilakukan oleh kata kerja.  Kata ini menjelaskan sesuatu yang sedang dilakukan secara berulag-ulang oleh orang banyak di masa sekarang.
            Kata tertawa disini bukanlah secara literal diterjemahkan bahwa Allah tertawa tapi ini hanyalah gambaran dari pemazmur yang menyatakan bahwa Allah menertawakan mereka yang bersepakat melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya.
            Tuhan bukanlah Allah yang tidak memperhatikan usaha pemberontakan ini.  Ia bukan hanya menertawakan mereka namun juga akan menyatakan kuasaNya dengan memberitahukan kepada mereka siapakah raja Israel itu.  Barth menuliskan,”Bukan manusia yang melantik raja Israel tetapi Tuhan sendiri.”[7] 

3.  Rencana Untuk Yang Diurapi (ayat 7-9)

            Ayat 7 dituliskan,”. . . Anak-Ku engkau!  Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”  Pfeiffer menuliskan,”istilah kuperanakkan merupakan bagian dari perumusan adopsi di timur yang dipakai dalam hukum hamurabi.”[8]  Sementara itu Barth juga menuliskan bahwa gagasan raja sebagai putera dewa terdapat terutama di Mesir.  Raja dilahirkan dari persenggamaan dewa dengan permaisuri raja.  Namun gagasan kelahiran biologis dan misitis ini tidak terdapat di Israel.  Raja Israel menjadi putera Tuhan pada hari ini, artinya pada hari pemahkotaan.[9]
            Berdasarkan firman pengangkatannya menjadi putera Allah tersebut raja mempunyai hak dan kewajiban istimewa.  Tuhanlah yang memiliki segala bangsa, maka kepada putera bangsa-bangsa itu diberikan sebagai milik pusaka dengan menaklukkan  mereka.

4.  Nasihat Kepada Para Raja (ayat 10-12)

            Setelah menerangkan siapakah raja sebenarnya dalam hubungannya dengan Tuhan, mereka diperingatkan untuk bertindak bijaksana, menerima pengajaran Tuhan.
4.1.  Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut (ayat 11)
           
            Beribadah dalam bahasa Ibrani adalah b;[' `abad {aw-bad'} db[ berpola verb qal imperative masculine plural (kata kerja perintah maskulin jamak)  artinya melayani yang lain.  Raja yang diangkat sendiri oleh Tuhan diberikan perintah pengajaran untuk saling melayani.  Kata beribadahlah kepada Tuhan dengan takut memiliki pengertian supaya dapat saling melayani sebagai bukti takut kepada Tuhan   

4.2. Ciumlah kakiNya dengan gemetar (ayat 11)

            Ciumlah kakiNya dengan gemetar, dalam KJV dikatakan “Kiss the Son”(ciumlah putera).  Kata “ciumlah putera” rasanya sukar diterangkan; kata “putera” yang digunakan dalam naskah ibrani adalah kata Aram 'bar' dan bukan kata ibrani 'ben' seperti pada ayat 7.   Kata 'ciumlah putera' dalam teks dituliskan rb;‡-WqV.n:  (naššüqû-bar).  Owens menulis rB; (bar) noun  masculine singular (kata benda tunggal maskulin) a son (putera).[10] 
            Kata cium digunakan kata qv;n" (nashaq) yang artinya to touch gently (memegang/menyentuh dengan lembut) dengan stem verb piel imperative masculine plural.  Piel menyatakan tindakan yang sengaja dilakukan yang bersifat perintah.   Kata qv;n dalam bahasa Indonesia Terjemahan Baru diterjemahkan sebagai 'cium', dalam KJV diterjemahkan dengan 'kiss' (mencium/cium), dan dalam Bahasa Indonesia terjemahan Lama diterjemahkan sebagai 'hormatilah.' 
            Dalam tradisi Jawa, ketika ada seorang raja yang baru naik tahta atau dinobatkan menjadi raja, maka akan ada penghormatan kepada raja dengan cara berlutut dan menyembah.  Mungkin dalam tradisi Israel, dalam penobatan seorang raja maka sebagai bentuk penghormatan kepada raja yang baru adalah dengan cara menyentuh tahta raja.  Dengan demikian penulis lebih setuju bila kata qv;n" (nashaq) diterjemahkan sebagai penghormatan.
            Barth dan Pareira menjelaskan bahwa terjemahan Alkitab  mengikuti usul 'perbaikan' teks dari Bertholet.  Usul ini sekarang cukup banyak diterima.  Namun pada hemat mereka, 'perbaikan' ini rasanya agak sewenang-wenang karena mengndaikan perpindahan kata-kata yang cukup besar.  Barangkali kata-kata 'ciumlah putera' merupakan suatu tambahan untuk 'melengkapi gagasan pada ay 11 dengan penghormatan kepada 'putera allah' pula.[11]

Aplikasi

            Dalam hidup seringkali manusia dihadapkan dengan banyak musuh.  Dalam pekerjaan, pelayanan, masyarakat dan lain sebagainya.  Ketika ada banyak ancaman maka cara yang paling baik dan benar adalah datang meminta pertolongan kepada Tuhan dan menantikan pertolongan-Nya.





[1]               W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hlm.55.
[2]               Marie C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Kitab Mazmur 1-72 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm.67.
       http://www.sabda.org/sabdaweb/tools/lexicon/?w=08851
[4]              Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Maza kini 2 Ayub-Maleakhi (jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), hlm.126.
[5]    Ibid., hlm. 131.
[6]           Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, the wycliffe bible commentary (Malang: Gandum Mas,2005), hlm. 122.
[7]               Barth, Op.cit., hlm. 132.
[8]               Pfeiffer, Op.cit., hlm. 122.
[9]               Barth, Op.cit., hlm. 133.
[10]             John Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament Vol. 3 (Michigan: Baker Book House, 1996), p. 261.
[11]            Barth dan Pareira, Op.cit., hlm.133.