METODE DAN STRATEGI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
BAB 1
PENDAHULUAN
Metode dan strategi
pembelajaran diperlukan untuk mendukung keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Pemilihan metode dan
strategi yang benar dalam proses pembelajaran akan dapat membatu meningkatkan
minat dan kreatifitas belajar anak. Hal
ini juga mempengaruhi kemampuan anak dalam mengerti dan memahami materi
pelajaran yang memungkinkan berhasilnya proses belajar mengajar.
Keberhasilan pebnggunan
metode dan strategi belajar tidak hanya tergantung kepada kemampuan guru namun
juga harus ada kemampuan dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen,
metode dan strategi pembelajaran juga diperlukan. Pemilihan metode dan strategi pembelajaran
sudah ada sejak pada masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk itu, dalam makalah ini penulis hendak
menjelaskan tentang pandangan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tentang
Proses Pembelajaran yang melibatkan metode dan strategi pembelajaran.
Dalam
menguraikan setiap pokok dan sub pokok bahasan, penulis menggunakan metode
deskripsi dan metode kepustakaan dengan menggunakan buku-buku sebagai bahan
referensi. Sebagai dasar kebenaran yang
absolute, dalam menyelesaikan makalah ini penulis menggunakan Alkitab sebagai
sumbernya. Harapan penulis, makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya.
bab II
Pandangan PL dan PB Tentang Proses Pengajaran
A. Definisi Istilah
Pengertian
proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Rangkaian tindakan,
perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan produk.”
Sedangkan pengajaran dijelaskan sebagai “proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.”
Sejalan
dengan hal tersebut, Sardiman mengemukakan,”Pengajaran merupakan proses yang
berfungsi membimbing para pelajar aatu siswa di dalam kehidupan, yakni
membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus
dijalankan oleh para siswa.”
Dengan
demikian proses pengajaran dapat dipahami sebagai serangkaian tindakan yang
menjadikan orang belajar. Karena belajar
adalah “Berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”
maka proses pengajaran lebih merupakan serangkaian tindakan yang menjadikan
orang berubah sebagai respon atas kepandaian atau pengetahuan yang
diperolehnya.
B. Pandangan PL Tentang Proses Pengajaran
Proses
pengajaran yang dilakukan oleh para pengajar terhadap yang diajar meliputi
serangkain tindakan yang melibatkan metode dan strategi pembelajaran, yaitu:
1.
Metode
1.1. Metode Menghafal (Ul. 6:4-9)
Ayat
4,”Dengarlah, hai orang Israel:
Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa.” Merupakan “shema” atau pengakuan iman
orang Yahudi yang artinya “dengarlah.”
Ayat ini memberikan konsep tentang Allah yang akurat. Dia adalah Allah yang hidup, yang benar dan
sempurna. Tidak ada Allah lain, hanya
satu Allah saja. Ayat ini bersamaan
dengan ayat 5 diucapkan sedikitnya dua kali sehari oleh orang Yahudi dewasa
laki-laki. Ayat ini diucapkan bersamaan
dengan Ulangan 11:13-21 dan Bilangan 15:37-41.
Ayat
7, menjadi tugas bagi orang tua untuk mengajarkan Firman kepada anak-anak
dengan berulang-ulang. Untuk lebih
memudahkan dalam proses menghafal di ayat 8-9 dikatakan:”Haruslah juga engkau
mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambing
dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada
pintu gerbangmu. Tulisan hokum-hukum
belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya
supaya mereka terbiasa bergaul dengan hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan
melakukannya secara harafiah. Mereka
mengenal 3 tanda-tanda untuk mengingat hokum Allah:
a.
Zizth : Dipakai/ dipasang
pada ujung jubah Imam (Bil. 15:37-41)
b.
Mezna : Kotak kecil yang
berisi Ulangan 6:4-9 diletakkan di sebelah
kanan pintu
c.
Tephilin : Dua kotak kecil
berbentuk kubus masing-masing dari kertas
perkamen yang ditulis dengan
tangan secara khusus berisi 4 ayat
yaitu: Keluaran 3:1-10,
Keluaran 13:11-16, Ulangan 6:4-9 dan
Ulangan 11:18-21. Satu diikatkan di tangan kiri dan satu di
dahi.
Tanda-tanda
ini dipakai pada saat sembahyang di luar hari Sabat. Tanda-tanda ini sangat indah sebagai
peringatan akan kehadiran Allah di rumah dan akhirnya dipraktekkan untuk
mengusir setan. Tanda-tanda simbolik ini
dibuat supaya penekanan pemahaman ayat itu menjadi nyata sehingga pengajaran
itu akan berlangsung terus menerus.
1.2. Metode Bercerita (Ulangan 1)
Dalam Ulangan 1
Musa mengisahkan/ meriwayatkan pengalaman bangsa Israel.
1.3. Metode Percakapan/ diskusi (Ayub 4-31)
Dalam
Ayub 4-31 terjadi percakapan/ diskusi antara Ayub dengan sahabat-sahabatnya
yaitu Elifas, Bildad, dan Zofar tentang kemalangan yang sedang dialami oleh
Ayub.
1.4. Metode Ceramah (Kejadian 49:1-28)
Beberapa
tujuan dari metode ceramah adalah untuk menciptakan landasan pemikiran melalui
produk ceramah, memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara
gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya. Dalam Kejadian 49:1-28, Yakub memanggil
anak-anaknya dan memberitahukan kepada mereka apa yang akan mereka alami di
kemudian hari. Melalui hal tersebut
Yakub ingin supaya anak-anaknya mengerti apa yang akan mereka hadapi.
1.5. Metode Kerja Kelompok (Ezra 3:8-12)
Metode
kerja kelmpok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam
suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk
dibahas atau dikerjakan dalam kelompok tersebut. Pengelompokan peserta didik dalam suatu
kelompok didasarkan paa fasilitas yang tersedia, perbedaan individual dalam
minat dan kemampuan, jenis pekerjaan yang diberikan, dan jenis kelamin.
Dalam
Ezra 3:8-12 ini merupakan peletakan dasar Bait Suci yang pembangunanya
melibatkan Zerubabel, Yesua, para imam
dan orang Lewi serta semua orang yang pulang dari tempat tawanan. Mereka memulai pekerjaan ini dengan pembagian
tugas. Orang-orang Lewi yang berumur
duapuluh tahun keatas mengawasi pekerjaan pembangunan rumah Tuhan. Lalu Yesua serta anak-anak dan
saudara-saudaranya dan Kadmiel serta anak-anaknya, orang-orang Yehuda
bersama-sama bertindak mengawasi orang-orang yang melakukan pekerjaan membangun
rumah Allah.
1.6. Metode Demonstrasi
(Keluaran 4:1-9)
Ketika
Musa hendak diutus Allah, Malaikat Allah menampakkan diri kepada Musa di dalam
nyala api yang keluar dari semak duri.
Dalam setiap kesempatan Musa berusaha untuk menghindar dari tugas
panggilan Allah. Dalam Keluaran 4:2-5
Allah menyuruh Musa melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Selanjutnya
ayat 6-7 Musa disuruh untuk memasukkan tangannya ke dalam saku baju maka
tangannya kena kusta putih, dan ketika ia memasukkan kembali tangannya maka
pulilah kembali.
Dalam
ayat ini Allah mendemonstrasikan kuasaNya kepada Musa bahwa Ia akan menyertai
Musa dengan kuasaNya untuk membawa Israel keluar dari Mesir.
1.7. Metode Pemberian
Tugas (Kejadian 1:28)
Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya dengan maksud dan tujuan supaya
manusia melaksanakan mandat Allah yang tertulis dalam kejadian
1:28:”…Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi.”
Metode
pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik baik
secara perorangan atau kelompok. Dalam
ayat ini Allah sebagai guru dan manusia sebagai murid, Allah memberikan tugas
yang harus dikerjakan oleh manusia.
1.8. Metode Inkuiri
Metode
inkuiri bisa juga disebut sebagai metode penemuan. Metode penemuan adalah cara penyajian yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau
tanpa bantuan guru. Metode penemuan
melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Metode penemuan memungkinkan peserta didik
menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Dalam
Kejadian 12, Allah telah memanggil Abraham untuk pergi dari negerinya dan dari
sanak saudaranya dan dari rumah bapanya ke negeri yang akan ditunjukkan Allah
kepadanya. Abraham belum mengerti kemana
ia akan pergi dan bagaimana selanjutnya.
Namun Abraham tetap pergi. Allah
menggunakan metode inkuiri terhadap Abraham supaya Abraham dapat menemukan
kembali informasi-infomasi yang diperlukan untuk dapat mengerti rencana Allah
dan janjiNya kepada Abraham.
1.9. Metode Perumpamaan
Daud
telah melakukan hal yang jahat di mata Allah dengan mengambil Betsyeba sebagai
istrinya melalui cara yang tidak benar.
Tuhan mengutus nabi Natan kepada Daud dan meperingatkan Daud melalui
perumpamaan seekor anak domba betina.
2.
Strategi Pembelajaran dalam Perjanjian Lama
2.1. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Wina Sanjaya menuliskan beberapa
karakteristik strategi ekspositori diantaranya strategi ekspositori dilakukan
dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur
secara lisan merupaka alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu
sering orang mengidentikan dengan ceramah.
Perkataan Yakub yang penghabisan
kepada anak-anaknya yang tertulis dalam Kejadian 49:1-28 mempergunakan strategi
pembelajaran ekspositori.
2.2. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Wina, dilihat dari segi
psikologi belajar strategi pembelajaran berbasis masalah bersandar kepada
psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Ketika Daud melakukan apa yang jahat
di mata Tuhan dengan menikahi Betsyeba istri Uria, Natan datang kepada Daud
untuk menegur Daud. Dalam hal ini Natan
menggunakan strategi berbasis masalah sebab Natan mengemukakan masalah kepada
Daud melalui perumpamaan. Melalui hal
ini diharapkan ada perubahan tingkah laku dari Daud setelah menyadari
kesalahannya.
C. Pandangan PB Tentang Proses Pembelajaran
1. Metode
1.1. Metode ceramah
Metode ceramah
sering digunakan oleh Tuhan Yesus khususnya pada permulaan pekerjaanNya ketika
Ia berbicara dihadapan orang banyak. Salah satunya contoh metode ceramah yang
dipakai oleh Tuhan Yesus dalam menyampaikan pengajarannya seperti yang terdapat
di Kitab Matius pasal 5- pasal 7. CeramahNya
kadang-kadang disampaikan kepada orang banyak kadang-kadang kelompok kecil. Ada kalanya murid-murid
saja yang hadir, ada kalanya campuran orang banyak, dan murid-muridNya
Mimbarnya adalah lereng sebuah bukit.
Khotbah Tuhan
Yesus di bukit dalam (Matius pasal 5 – pasal 7 ) ini adalah salah satu ceramah
dibentangkanNya, hal ini menunjukkan mengenai keunggulan pengajaranNya atas
Torat dan nabi-nabi. Ceramah-ceramahNya
mendorong orang berpikir dan menyelidiki hatinya sendiri, bersifat praktis dan
penting. Ceramah-ceramah itu meliputi banyak persoalan, dan menunjukkan
ketelitian dan persiapan. Semua itu berlainan gaya dan metodenya. Ceramah-ceramah itu
demikian menarik perhatian dan menimbulkan minat sampai banyak orang kagum
terhadap Yesus. “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang
banyak itu mendengar pengajaran-Nya” (Matius 7:28 ). Bahkan para musuh takut
menangkap Dia dan berkata, “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang
itu” Yohanes 7:46.
1.2. Metode Tanya Jawab
Tuhan Yesus
banyak memberi pertanyaan-pertanyaan kepada murid-muridNya dihadapan orang
banyak. itu diungkapkan. “ Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi
tawar, dengan apakah ia diasinkan? tidak ada lagi gunanya selain di buang dan
diinjak orang” (Matius 5:13). Yesus memberi pertanyaan untuk menggugah pikiran
pendengarnya mengenai garam dan fungsinya untuk dikaitkan dengan pokok
pengajarannya perihal tugas murid-murid Yesus yang dipanggil untuk menjadi
berkat ditengah-tengah dunia. Sama hal juga menemukan di dalam Matius 6:25-34 ;
diunggapkan, Bukankah hidup lebih penting daripada makanan dan tubuh lebih
penting daripada pakaian?” Pertanyaan yang Yesus ajukan memperkuat pernyataan
yang ia tekankan mengenai pemeliharaan Allah bagi manusia. “Karena itu Aku
berkata kepada kamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu
makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak
kamu pakai
Metode Tanya
jawab adalah salah satu metode yang tertua dan paling berpengaruh. Socrates
yang terkenal karena metode itu . Metode ini di gunakan secara luas baik
Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.Tuhan Yesus dalam pengajaranNya
mengunakan pertanyaan sebagai suatu bahan pemikiran salah satu contoh
pengunakan semacam itu adalah pertanyaan,”Jadi jika demikian Allah mendandani
rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok di buang ke dalam api, tidaklah
Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?” Pemikiran
itu di mulai dengan hal yang kecil, lalu beralih kepada hal yang lebih besar.
Untuk menyatakan maksudNya, Ia bahkan mengunakan pertanyaan yang mengadung
pilihan.
Berikut adalah
ciri-ciri ungkapan pendek sering jumpai dalam ucapan-ucapan Yesus seperti
,”Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan akan di ukurkan kepadamu “ (
Matius 4:24 ). Juga seperti pepatah ,”Yang seorang menabur dan yang lain menuai
“(Yah. 4:3 7) dan “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”(
Matius 6:21 ). Hal ini berarti, bahwa manusia dapat menjadi warga KerajaanNya,
kalau setiap orang menyerahkan diri ( hidup dan hati )setiap orang seluruhnya
kepadaNya. Yusus tahu, ( hati manusia ) sering terombang-ambing antara harta
dengan Allah. Karena itu Ia mengingatkan semua orang, bahwa hal itu hanya dapat
kita tiadakan, kalau harta yang memperoleh dari Dia.
1.3. Metode perumpamaan
Tuhan Yesus
menggunakan metode perumpamaan-perumpamaan salah satu yang diungkapkan. Dalam
Matius 5:13-16 Yaitu tentang pelita ”Mata adalah pelita tubuh, jika matamu
baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.
Jadi jika terang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Artinya “mata
yang baik mencerminkan hati yang baik” mata yang jahat mencerminkan hati yang
cemburu dan kikir.
Dalam Matius 7:
3 menjelaskan:”Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” Hal ini berarti: satu-satunya
jalan untuk merobah sifat ini ialah: meminta kepada Tuhan, supaya Ia
mengeluarkan balok berarti (dosa, kesalahan) itu dari mata manusia, sehingga
orang bisa dapat melihat lagi dengan terang, seperti Ia kehendaki.
2. Strategi Pembelajaran
dalam Perjanjian Baru
2.1. Strategi Pembelajaran
Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
sangat dominant. Melalui strategi ini
guru menyampaikan materi secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik.
Dalam
khotbah di bukit (Matius pasal 5-7) Yesus menggunakan strategi ekspositori
sebab Yesus yang dominan menyampaikan materi kepada pendengar.
D. Relevansi Teologis-Praktis bagi Guru Pendidikan
Agama Kristen Masa Kini
dalam Memahami Tugas dan Fungsinya
Era modern
mengubah cara pandang para pendidik Kristen dalam mendidik anak. Toleransi
tinggi dan keleluasaan tidak terbatas cenderung menjadi gaya pendidikan saat ini. Sebenarnya justru
dalam era modern sekarang, pendidik Kristen harus menerapkan beberapa prinsip
dalam Perjanjian Lama yang lebih disiplin dalam hal pendidikan anak.
Tujuan utama
pendidikan Kristen adalah untuk mengajar anak-anak takut akan Tuhan, hidup
menurut jalan-Nya, mengasihi-Nya, dan melayani-Nya dengan segenap hati dan jiwa
mereka (Ulangan 10:12). Berlainan dengan pendidikan oleh dunia yang bertujuan
untuk menciptakan generasi muda yang penuh ambisi untuk sukses, mandiri, dan
percaya pada kekuatan diri sendiri, pendidikan Kristen mendidik anak-anak untuk
memiliki sikap mementingkan Tuhan di atas segala-galanya, taat pada Tuhan, dan
bergantung pada kekuatan Tuhan untuk terus berkarya. Nilai-nilai yang penting
dalam pendidikan Kristen adalah kasih, ketaatan, kerendahan hati, dan kesediaan
untuk ditegur.
Pendidikan
Kristen harus dilakukan secara terus-menerus melalui kata-kata, sikap, dan
perbuatan (Ulangan 6:7). Kata bahasa Ibrani yang dipakai dalam ayat ini adalah
"shinnantam", yang berasal dari akar kata "shanan" yang berarti
mengasah atau menajamkan, biasanya pedang atau anak panah. Kata ini dipakai
sebagai simbol untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
seperti orang mengasah sesuatu dengan tujuan untuk menajamkannya.
Tanggung jawab
pendidikan Kristen memang bukan tugas yang mudah. Setiap zaman memiliki
kesulitan dan pergumulan masing-masing, namun prinsip-prinsip dasar pendidikan
Kristen yang Alkitabiah tetap bertahan di tengah berbagai teori pendidikan baru
yang muncul. Jika orang Israel
menafsirkan Keluaran 13:9 atau Ulangan 6:8 secara harafiah dengan mengikatkan
tali sembahyang pada lengan dan dahi mereka, maka saat ini yang sudah mengerti
makna sesungguhnya dari perintah ini harus senantiasa merenungkannya dalam
pemikirannya, mengatakannya setiap hari, dan melakukannya dengan segenap
kemampuannya.
Proses
pembelajaran tidak pernah lepas dari penggunaan metode dan strategi yang tepat
guna mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Dalam Perjanjian Lama telah ditemukan dan
digunakan berbagai metode dan strategi pembelajaran demikian juga dalam
Perjanjian Baru. Ada banyak metode dan strategi yang telah
ditemukan bahkan masih sangat relevan digunakan sampai saat ini. Pemilihan metode dan strategi yang tepat
sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar.
Dalam memilih
dan menggunakan metode serta strategi diperlukan kemampuan dari pengajar.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah
melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dunia pendidikan selalu
berkembang. Tetapi metode dan strategi
pembelajaran telah diajarkan baik secara tersirat ataupun tersurat dalam
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Meskipun metode dan strategi tersebut mengalami banyak perkembangan
tetapi Alkitab menjadi dasar pendidikan hampir di segala bidang.
Dalam Perjanjian
Lama ataupun Perjanjian Baru pemilihan metode dan strategi yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Oleh sebab itu seorang guru harus memiliki kemampuan untuk bisa memilih
dan menggunakan metode dan strategi yang tepat supaya proses pembelajaran dapat
berhasil dengan baik.