BAB I
PENDAHULUAN
Manusia telah dalam keadaan
berdosa. Untuk memperoleh keselamatan,
manusia memerlukan pengampunan. Untuk
memperoleh pengampunan harus ada pertobatan disertai dengan iman. Dalam makalah ini penulis akan menguraikan
tentang pertobatan, iman dan pengampunan yang terdapat dalam Perjanjian Baru.
Untuk menyelesaikan makalah ini
penulis menggunakan metode deskripsi dengan Alkitab sebagai dasarnya. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembacanya.
BAB II
PERTOBATAN, IMAN DAN PENGAMPUNAN
A. Dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik
Yohanes Pembaptis dan Yesus,
keduanya memulai pelayanan mereka dengan seruan “Bertobatlah, sebab kerjaan
Allah sudah dekat.” (Mat. 3:2; 4:17).
Allah pertama-tama memanggil orang untuk bertobat, dan dengan demikian
pertobatan merupakan sambutan manusia kepada Allah.
Pertobatan bukan hanya sekedar
menyesal, namun diperlukan perubahan secara utuh dengan tindakan nyata untuk
meninggalkan dosa. Derek Prime
mengatakan, “Bertobat adalah berbalik dari dosa kepada Allah, sebagai buah
pikiran dan hati tentang dosa.”[1]
Yudas telah mengkhianati Yesus demi
30 kepin uang perak. Ketika dilihatnya
Yesus dijatuhi hukuman, menyesallah ia (Mat. 27:3). Kata ‘menyesal’ menggunakan kata metamelhqeiV (metameletheis)
yang berasal dari kata metamelomai (metamelomai) yang artinya “khawatir atau menyesal mirip naham,
yaitu hati yang bertobat atau menyesal.”[2]
Bukti dari pertobatan adalah mengaku
dosa dan mohon pengampunan (Luk. 18:13-14), menghasilkan buah yang sesuai
dengan pertobatannya (Mat. 3:8), taat kepada Roh Kudus (Mat. 26:28-29), dan
menerima ajaran (Mrk. 1:4).
Hasil dari pertobatan adalah dosanya
diampuni (LUk. 24:47), malaikat bersukacita (Luk. 15:7, 10), berjalan pada
jalan yang baru (Luk. 15:20). Pertobatan
diperlukan bagi semua orang yang ingin menjadi pengikut Kristus dan kewajiban
bagi semua orang.
2. Iman
Dalam laporan Markus tentang
permulaan pelayanan Yesus, pemberitaanNya yang pertama dikaitkan dengan iman
dan pertobatan (Mrk. 1:15). Kata
‘percayalah’ diterjemahkan dari kata pistenete (pistenete). Anthony menjelaskan kata-kata yang paling
serimh digunakan untuk iman di dalam Perjanjian Baru adalah bentuk kata benda pistis
dan kata kerja pisteuin. Pistis dapat
dipergunakan dalam pengertian ‘iman yang dengannya kita mempercayai’, untuk
menyatakan suatu keyakinan atas kebenaran dari suatu hal. Kata kerja pisteuin memiliki arti
berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Mat. 24:23), menerima pesan Allah yang
disampaikan oleh mereka yang ditunjuk oleh Allah (Kis. 24:14). Tetapi yang lebih menonjol adalah menerima
Yesus sebagai Mesias, sumber keselamatan kekal yang ditetapkan secara ilahi
(Yoh. 3:16). Dalam pengertian ini iman
lebih daripada sekedar mempercayai kebenaran suatu pesan, iman di sini juga
melibatkan kepercayaan kepada Kristus, berdiam di dalamNya dan bersandar
kepadaNya.[3]
Iman sangat ditekankan dalam mujizat
penyembuhan, pun bila iman tidak disebut secara langsung tetapi selalu dicatat
bahwa orang banyak datang atau dibawa untuk disembuhkan. Dalam berbagai kesempatan dikatakan bahwa
penyembuhan merupakan hasil langsung dari iman (Mat. 8:10, 13; 9:22, 29; 15:28;
Mrk. 9:24; 10:52; 17:19). Hasil ima
menekankan perlunya iman kepada kuasa Yesus.
Iman dilihat Yesus sebagai alat untuk melihat hal-hal yang tidak mungkin
(Mrk. 9:22). Bagi Yesus, iman harus
mempengaruhi perbuatan. Iaman
mengungkapkan diri dalam doa (Mat. 21:22; Mrk. 11:24).
3. Pengampunan
Dosa merupakan penghalang bagi
manusia dalam persekutuannya dengan Allah.
Langkah awal kearah pemulihan persekutuan dengan Allah harus memberi
tempat pada pengampunan dosa. Markus 1:4
mengungkapkan seruan Yohanes Pembaptis supaya orang-orang bertobat dan memberi
diri dibaptis. Hal ini semakin berarti
dengan “Allah akan mengampuni dosamu.”
Hal ini juga terdapat dalam Lukas 3:3, amanat pengutusan terakhir dalam
Lukas 24:27 yang juga mengaitkan pertobatan dengan pengampunan. Bagi Lukas pengampunan berakar dalam kasih
Allah dan tidak menuntut apa pun dari pihak manusia (Luk. 15:11-32).
Yesus memberikan hubungan natara
pengampunan Allah bagi manusia dan pengampunan kepada orang lain. Ini nampak
jelas dalam doa Bapa Kami (Mat. 3:12; Luk. 11:4). Kata-kata dalam doa itu tidak dipisahkan dari
ajaran Yesus lainnya.
B. Tulisan-tulisan Yohanes
1. Iman
Dalam Yohanes, kata benda ‘iman’
tidak muncul namun kata kerjanya ‘percaya’ sering muncul. Keseluruhan kitab ini ditulis supaya para
pembaca ‘percaya’ (Yoh. 20:30-31).
Menurut Yohanes, keselamatan pasti merupakan buah dari iman (Yoh.
1:12). Jadi iman adalah sarana yang
olehnya orang diterima ke dalam suatu persekutuan baru, yang terlihat sebagai
satu keluarga.
Untuk mengerti arti iman dalam
Yohanes, harus disadari bahwa ada beberapa tingkatan iman. Walaupun seseorang mungkin belum mencapai
kepenuhan iman, namun kedudukannya berbeda sekali dari kedudukan orang yang
sama sekali tidak mempunyai iman. Tatkala
Thomas ragu-ragu Yesus berkata kepadanya, “Jangan engkau tak percaya lagi,
melainkan percayalah.” (Yoh 20:7). Iman
orang-orang Samaria
(Yoh. 4:40) berbeda dari iman yang dituntut daripada pembaca dalam hal percaya
bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah (Yoh. 20:30-31); walaupun demikian itupun
adalah iman.
Pada hakikatnya iman adalah
tanggapan kepada undangan Allah. Allah
menampilkan AnakNya kepada manusia dan manusia wajib membuat keputusan tentang
Dia. Jika menerima, menaati, melihat dan
mengenal Dia maka tanggapan itu bersifat positif. Jika tidak menyambut Dia maka manusia tidak
mempunyai iman. Mereka digolongkan
kepada orang yang telah menolak keselamatan yang disediakan Allah.
2. Pengampunan
Yohanes 20:23 menulis “Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu mengatakan dosa orang
tetap ada, dosanya tetap ada.” Kata
kerja diampuni dan dinyatakan tetap ada memakai bentuk perfektum. Ini berarti bahwa kata-kata ini mengacu
kepada suatu hal yang sudah terjadi.
Surat 1 Yohanes, menjelaskan bahwa
pengampunan ilahi merupakan kebutuhan yang terus menerus bagi orang percaya.
”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan
mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yoh.
1:9). Pernyataan ini memperlihatkan
kebutuhan akan pertobatan selama hidup sebagai orang Kristen, dan tidak menyinggung
soal pertobatan sebelum menjadi Kristen.
Pengakuan merupakan syarat
satu-satunya bagi pengampunan.
C. Kisah Para Rasul
1. Pertobatan
Pada puncak khotbah Petrus pada hari
Pentakosta, ketika para pendengarnya dalam keadaan “hati mereka sangat
terharu”, Petrus menasehati mereka agar “bertobat dan memberi diri dibaptis
untuk pengampunan dosa.”(Kis. 2:38).
Urutan ini, yaitu penginsyafan atas dosa, pertobatan dan pengampunan,
sangat mirip dengan amanat dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik. Hubungan pertobatan dengan pengampunan yang
sama terdapat dalam Kisah 3:19; di situ hasilya diungkapkan sebagai penghapusan
dosa. Pertobatan dan pengampunan
dianggap sebagai karunia-karunia Allah yang dapat diterima dan langsung
dihubungkan dengan pemuliaan Kristus (Kis. 5:31).
Dalam Kisah sebagai keseluruhan,
jelas bahwa pertobatan dipandanga sebagai syarat mutlak bagi orang agar dapat
diterima ke dalam jemaat Kristen.
2. Iman
Dengan gamblang dikemukakan dalam
Kisah Para Rasul hal memperlihatkan iman sebagai berdampingan dengan pertobatan
dan sebagai milik orang Kristen yang tak terelakkan. Persekutuan Kristen itu disebut “semua orang
telah menjadi percaya.” (Yunani: hoi pisteuontes Kis. 2:44; bnd. 4:4,
32; 9:42; 11:21; 14:23).
Dalam Kisah, pengertian tentang iman
kurang lengkap dari penjelasan penuh yang diberikan dalam surat-surat Paulus,
walaupun demikian iman sama-sama dianggap mutlak perlu.
3. Pengampunan
Ada hubungan erat antara pertobatan dan
penganpunan dalam Kisah 2:38; 5:31 dan 8:22.
pengampunan sebagai penghapusan dosa terlihat sebagai suatu pengantar
kepada ‘waktu kelegaan’ (Kis. 3:19).
Dalam ayat-ayat ini yang dimaksudkan ialah dosa atau dosa-dosa tertentu
dan pengampunan berarti penyingkiran rintangan.
D. Paulus
1. Pertobatan
Kata kerja ‘bertoba’ muncul stu kali
saja dan kata bendanya muncul empat kali.
Dalam II Korintus 12:21, Paulus prihatin bahwa beberapa warga jemaat
Korintus belum bertobat dari dosa-dosa mereka dan ia khawatir bahwa ia harus
berdukacita terhadap mereka disebabkan hal itu, bila ia mengunjungi
mereka. Dalam Roma 2:4 ia menantang
pembacanya untuk mengingat bahwa kemurahan Allah dimaksudkan untuk menuntun
kepada pertobatan. Lawan dari pertobatan
ialah kekerasan hati yang tidak mau bertobat (ay 5).
Dalam II Timotius 2:24-25 hamba
Allah dituntut untuk bertindak sedemikian rupa terhadap para penentangnya
sehingga Allah mungkin memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat lalu
sampai pada pengenalan akan kebenaran.
2. Iman
Pengajaran Paulus tentang iman
sangat kaya dan merupakan ajaran yang paling beranekaragam dalam PB. Jelas iman merupakan pusat pengalaman Paulus
maupun teologinya. Perolehan keselamatan
baginya semata-mata dihasilkan oleh iman.
Paulus kadang-kadang menggunakan istilah pistis dalam arti
kesetiaan Allah (Rm. 3:3; 1 Kor. 1:9; 2 Kor. 1:18; 2 Tim 2:13). Allah dapat dipercaya sepenuhnya untuk
memenuhi janji-janjiNya (1 Tes. 5:24).
Bagi Paulus iman bukan sekedar
tindakan awal untuk menerima karunia Cuma-Cuma dari Allah, melainkan mencakup
suatu proses yang berkesinambungan.
3. Pengampunan
Kata benda afesis (pengampunan)
hanya dua kali muncul dalam surat-surat Paulus (Ef. 1:7 dan Kol. 1:14). Adalah bermakna bahwa dalam keua pernyataan
ini pengampunan dikaitkan dengan penebusan, tetapi tak satu pun yang
menyebutkan iman. Hanya satu kali yaitu
dalam Roma 4:7, Paulus menggunakan kata kerja ‘diampuni’ dalam satu kutipan
dari Mazmur 32:1-2.
E. Surat Ibrani
1. Pertobatan
Gagasan ini muncul tiga kali. Pertama ditemukan dalam Ibrani 12:17
berhubungan dengan penolakan Esau. Itu
dikutip sebagai peringatan bagi mereka yang mungkin membayangkan bahwa
akibat-akibat dosa yang disengaja bukanlah serius tetapi dapat diabaikan.
Kedua, terdapat dalam Ibrani 6,
dihubungkan dengan soal kemurtadan. Pada
Ibrani 6:1 para pembaca dinasehati agar jangan meletakkan lagi dasar pertobatan
dari perbuatan yang sia-sia.
Ketiga, Ibrani 6:4 merupakan
pernyataan yang lebih sulit tentang pertobatan.
Ayat ini menegaskan ketidakmampuan pembaharuan pertobatan dari seseorang
yang murtad.
Pertobatan perupakan syarat yang
perlu bagi seseorang untuk menerima bagian dari Roh Kudus, yang artinya itu
merupkan syart mutlak dari pengalaman Kristen tentang hidup baru.
2. Iman
Tema iman lebih utama dari
pertobatan dalam surat
Ibrani. Penulis surat Ibrani memahami iman sebagai dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat (Ibr. 11:1). Di sini kata pistis
tidak menggunakan kata sandang dan dengan demikian dapat dipahami dalam arti
yang umum , walaupun ada sangkut paut dengan iman Kristen. Jika terjemahan hupostasis (yaitu ‘dasar’) di
sini sudah benar, maka pengertiannya adalahj bahwa iman merasa pasti bahwa apa
yang diharapkan akan terjadi. Pernyataan
lebih lanjut, yang menggunakan perkataan ‘bukti’ (elengkhos) bisa menyarankan
bahwa iman memberi wujud kepada apa yang tak bisa dilihat.
3. Pengampunan
Dalam arti tertentu dapat dikatakan
bahwa surat ini
memusatkan pendekatan manusia terhadap Allah.
Pengampunan disebut dua kali (Ibr. 9:22, 10:18). Yang pertama menghubungkan dosa dengan
pencurahan darah, yang memperlihatkan kaitan mendasar dengan system
kurban. Hal yang sama berlaku bagi ayat
kedua yang berpendapat bahwa di mana ada dosa diampuni di situ tidak diperlukan
kurban apapun bagi dosa. Pengampunan
dalam Perjanjian Baru masih didasarkan kurban, tetapi kurban yang tak dapat
diualangi.
F. Surat-surat Lain
1. Pertobatan
Tema ini hanya muncul dalam II
Petrus 3:9, yang menekankan kerinduan Allah bahwa semua orang akan mencapai
prtobatan. Walaupun pertobatan tidak
disebut Yakobus, namun ia memuji mereka yang membuat orang berdosa berbalik
dari jalannya yang sesat (Yak. 5:20).
2. Iman
Semua surat ini menyebut iman dan masing-masing
memberikan sumbangan khas. Yakobus
mengakui bahwa para pembacanya beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang
mulia (Yak. 2:1).
Dalam surat I Petrus keselamatan erat dikaitkan
dengan iman (I Ptr. 1:9, 5). Jika surat II Petrus dikirimkan
kepada kelompok Kristen yang sama dengan I Petrus, tidaklah mengherankan bila
mereka itu digambarkan sebagai “mereka yang memperoleh iman yang sama” (II Ptr.
1:2). Sekiranyapun mereka adalah orang
yang berbeda, surat
ini merupakan tambahan kesaksian kepada pentingnya iman.
Dalam surat Yudas yang agak mirip dengan II Petrus,
para pembaca diminta membangun diri mereka sendiri di atas dasar iman, yang
digambarkan sebagai iman yang paling suci (ay. 20).
3. Pengampunan
Dalam surat-surat ini hanya ada satu
acuan khas kepada pengampunan yakni Yakobus 5:15, di mana doa yang lahir dari
iman mempunyai kuasa untuk menyelamatkan seseorang yang sakit dan membawa dia
kepada pengampunan Allah atas dosa-dosanya.
Dalam I Petrus terdapat gagasan
belas kasihan, walaupuntema pengampunan tidak ada. Para
pembacanya adalah mereka yang sekarang telah beroleh belas kasihan (I Ptr.
2:10). Baik II Petrus maupun Yudas tidak
menyebut pengampunan ataupun belas kasihan, tetapi Yudas berbicara tentang
kuasa Allah untuk membawa umatNya “dengan tak bernoda di hadapan kemuliaanNya”
(ay. 24).
G. Kitab Wahyu
1. Pertobatan
Dalam kitab Wahyu gagasan pertobatan
muncul tak kurang dari sepuluh kali, enam dari antaranya dalam pesan-pesan
kepada jemaat-jemaat dalam wahyu 2 dan 3.
Jelas bahwa pertobatan yang dibutuhkan tidak bermaksud suatu perbuatan
pada awal kehidupan Kristen, melainkan tantangan untuk memperbaharui cara hidup
Kristen mereka.
2. Iman
Dalam kitab Wahyu ini kata pistis
lazimnya berarti “kesetiaan”. Kristus
sendirilah “saksi yang setia” (Why. 1:4; 3:14).
3. Pengampunan
Wawasan ini tidak muncul dalam kitab
Wahyu, tetapi boleh jadi tersirat dalam gagasan tentang jubah orang-orang kudus
yang dicuci dalam darah Anak Domba (Why. 7:14).
Umat Allah pastilah mereka yang sudah dibebaskan dari dosa-dosa mereka
(Why. 1:5)
BAB III
KESIMPULAN
Antara pertobatan, iman dan
pengampunan ketiganya saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Pertobatan dapat terjadi oleh karena iman,
dan ketika ada pertobatan yang disertai iman maka terjadilah pengampunan. Tidak ada satupun manusia yang luput dari
dosa, dan manusia tidak mempunyai kuasa dan kemampuan untuk
menghapuskannya. Hanya Yesus Kristus
saja yang sanggup untuk melakukannya.
Melalui pertobatan dan iman kepada Yesus maka pengampunan dapat terjadi,
Meskipun mungkin pertobatan, iman
dan pengakuan seringkali tidak dijelaskan secara tersurat namun tersirat, namun
ketiganya menjadi tema yang selalu digemakan hampir di seluruh bagian dalam
Perjanjian Baru.
[1] Derek Prime, Tanya Jawab Tentang Iman Kristen
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bia KAsih/ OMF, 1967), lm. 111.
[2] Peter Wongso, Soterilogi (Doktrin Keselamatan)
(Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1991), hlm. 50.
[3] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah (Surabaya, Momentum, 2001),
hlm. 189.
Jadi apa hubungan antara pertobatan dengan iman
BalasHapusNegara: Indonesia
BalasHapusWhatsApp: +62 838-3669-4853
Alamat: Surabaya
email saya: nurbrayani750@gmail.com
nama saya Nurbrayani, saya ingin bersaksi tentang pekerjaan ALLAH yang baik dalam hidup saya, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara Anda? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak pemberi pinjaman palsu ada di internet, tetapi mereka sangat asli dalam pemberi pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari pemberi pinjaman 2 kredit yang curang, saya kehilangan banyak uang karena saya sedang mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya kepada pemberi pinjaman pinjaman yang andal. Ny. Alicia Radu Saya mendapatkan pinjaman saya sebesar Rp350.000.000 dari Ny. Alicia Radu dengan sangat mudah dalam 24 jam yang saya lamar, jadi saya memutuskan untuk membagikan pekerjaan yang baik dari ALLAH melalui Bunda Alicia Radu dalam kehidupan keluarga saya.
Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, hubungi ibu Alicia Radu melalui email: (aliciaradu260@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (nurbrayani750@gmail.com)
Nomor WhatsApp saya: +62 838-3669-4853
jika Anda memerlukan informasi tentang bagaimana saya mendapat pinjaman dari Ibu Alicia Radu